Berjuang ! Sebuah tindakan yang kita butuhkan untuk mencapai masyarakat yang lebih baik! itulah slogan dari Sayed Junidi Rizaldi dari salah satu blognya sebagai media komunikasinya, untuk menyampaikan apa yang sedang dikerjakannya untuk PERUBAHAAN!.
Terlahir dari keluarga yang sederhana dari ayahnda yang bernama Sayed Abdul Rachman bin Sayed Usman dan ibunda yang bernama Syarifah Rodiah binti Tengku Sayed Umar
yang mempunyai jiwa yang luar biasa, dilahirkan di Dumai pada hari
Kamis, 19 Desember 1974, bintang Sagitarius, Shio Macan. Menikah dengan Rr. Setyowati dan mempunyai 2 orang anak, anak pertama Sayed Aqbil Ruhullya Muntazhar , yang kedua Syarifah Risya Dara Saqueena.
Sayed Junaidi Rizaldi di UPN Veteran Jakarta masuk pada angkatan 1993 di Akademi Tekhnik Veteran Jakarta (ATEVET), lalu pada tahun yang sama juga masuk ke dalam aktifis jurnalis mahasiswa di Lembaga Penerbitan Majalah (LPM) Aspirasi. Jiwa petualanganya, membawa Sayed yang kemudian akrab dengan panggilan Pak Cik ini menjadi Aktifis Pecinta Alam Wanadri yang
terkenal sebagai pencetak mental-mental ulung para anggotanya yang
survive dan eksis serta tidak sedikit yang kemudian menjadi Tokoh
Nasional. Sangat mungkin ke depannya, Pak Cik semoga juga menjadi salah
satu tokoh nasional yang benar-benar mampu membuat PERUBAHAN yang baik
dan maju pada masyarakat yang dipimpinya.
Pak Cik juga memiliki jiwa seni,
terbukti di debut awalnya sebagai mahasiswa di UPN Veteran Jakarta, bahu
membahu dengan cikal bakal pekerja seni lainya di almamater turut
membidangi berdirinya Teater Hijau Lima Satu (THLS).
Dan ciri dari jiwa seninya, Pak Cik banyak menggubah puisi-puisi yang
bernada patriotik sesuai dengan panggilan jiwanya sebagai Agen
Perubahan. Inilah yang kemudian mengilhami aktifitasnya sebagai Aktifis
Mahasiswa yang berkarakter kuat untuk merancang dan menyusun pergerakan
dari satu noktah menjadi bola salju yang kemudian berperan besar bersama
gerbong aktifis pergerakan mahasiswa dari UPN Veteran Jakarta mewarnai
Gerakan Reformasi 1998.
Keuletanya menjalin hubungan dan
menset-up ide pergerakan mahasiswa mulai terlihat di tahun 1996 ketika
diskusi-diskusi pergerakan mahasiswa dalam rangka menyikapi perkembangan
demokratisasi yang dikuatirkan akan mengalami musibah kehancuran,
ketika kekuasaan nasional saat itu sudah dikuasai selama 30 tahun atau 5
Pelita oleh presiden pada saat itu yaitu H. M Suharto. Diskusi-diskusi
inspiratif yang membangun pemikiran progresif terus dikembangkan dari
diskusi-diskusi di tingkat internal kampus sampai ke luar kampus bahkan
ke institusi-institusi pergerakan yang memiliki visi yang sama untuk
perubahan yang lebih baik.
Komunikasi dengan lembaga formal
kemahasiswaan di kampus pada saat itu yaitu dengan Senat Mahasiswa
Perguruan Tinggi (SMPT) terus dijaga dan dikembangkan oleh Pak Cik dalam
rangaka menyebarluaskan wawasan pergerakan yang pada akhirnya
didedikasikan sebagai motor penggerak perubahan dari almamater UPN
Veteran Jakarta tercinta yang berperan besar dalam Reformasi 1998.
Bahkan jika ditelaah dengan seksama dengan analisa yang mendalam, bahwa
gerbong utama pergerakan mahasiswa secara praktis dan taktis, dalam
langkah-langkah yang tartil menuju Pergerakan Reformasi 1998 sebenarnya
justru dimulai dari UPN Veteran Jakarta Pondok Labu.
Aktifitas pergerakan Pak Cik di luar kampus pada awal tahun 1997 bersama dengan sahabat karibnya semasa itu yaitu Dodi Ilham (Mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN dan Aktifis UKM Karate),
awalnya bahu membahu menggalang kekuatan pergerakan di Forum Komunikasi
Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) di mana keduanya menjadi ikon dan
rujukan bagi kawan-kawan pergerakan mahasiswa dari kampus-kampus lain.
Sampai pada suatu titik pergerakan FKSMJ dikategorikan membahayakan
pemerintah dan kekuasaan pada saat itu sehingga FKSMJ mendapatkan
pencekalan dan penangkapan para aktifisnya, karena pada saat yang sama
demonstrasi melawan kebijakan-kebijakan pemerintah sudah berkobar masif
dari kampus ke kampus. Hingga rumah kontrakan para aktifis pun menjadi
sasaran penggeledahan, namun dengan maintain informasi yang solid dari
organ pergerakan yang efektif, tidak ada aktifis dari UPN Veteran
Jakarta yang tertangkap di sekitar kampus UPN dan dari rumah kontrakan
aktifis yang digeledah aparat.
Pada saat FKSMJ dicekal dan para
aktifisnya sebagian ditangkap, komunikasi intensif dengan organ
pergerakan lain yang pada saat itu dikenal cukup radikal yaitu Forum Kota (FORKOT)
tetap terjalin, sehingga di masa fakum FKSMJ akibat pencekalan dan
penangkapan, yang mengambil alih peran aksi-aksi di jalanan adalah
FORKOT yang mengadakan aksi demonstrasi semakin menggila dengan prinsip
yang Non Kooperasi. Pemerintah pada saat itu menilai bahwa justru FKSMJ
lah yang relative bisa diajak berunding dan bisa berkomunikasi dengan
Fforum Kota, sehingga tindakan pencekalan kemudian direlease dan aktifis
FKSMJ yang ditahan mulai dilepaskan.
Pak Cik yang terus menggalang akar
rumput pergerakan mahasiswa untuk memprotes aksi kekerasan dari
pemerintah terhadap aksi demo mahasiswa terlihat semakin sibuk dengan
aktifitas FKSMJ yang mulai menjadi inti pergerakan reformasi nasional.
Organ pergerakan di kampus (almamater) ditata dengan sangat rapi,
sehingga komunikasi formal pada saat itu dilakukan oleh Ketua Senat
Mahasiswa UPN Veteran Jakarta yaitu Sdr. Popon Lingga Geni yang memiliki
SDM aktifis-aktifis hebat di Kampus Hijau yang bersama-sama Pak Cik dan
team pergerakan mampu mengajak para aktifis senior untuk turun gunung,
oleh karena isu sentral sudah sangat memanas di media baik cetak maupun
elektronik. Isu meminta presiden H.M Suharto mundur tidak terelakan lagi
menjadi bola salju yang terus menggelinding dengan derasnya, dan
melibas apa saja yang menghalangi.
Di sisi lain, komunikasi politik dari
agen pergerakan mahasiswa dengan penguasa dan tokoh nasional benar-benar
sudah sangat intensif dan agresif sebagai bagian dari konstelasi
politik nasional dengan jargon Reformasi dan Penurunan Presiden. Bahwa
kemudian terjadi pertemuan kesamaan gagasan dengan tokoh-tokoh
reformasi, adalah diyakini sebagai hasil baik dari bola salju pergerakan
mahasiswa yang intensif dan konsisten mempertemukan pemikiran-pemikiran
dan langkah aktual untuk memblow –up isu nasional untuk perubahan yang
diinginkan rakyat, dan di situ ada peran besar Pak Cik bersama Popon
Lingga Geni dan Dodi Ilham serta organ pergerakan kampus UPN lainya yang
peranya juga sangat signifikan.
Sampailah pada kulminasi pergerakan
reformasi yaitu Presiden Suharto mengundurkan diri dari jabatan presiden
dan digantikan oleh wakilnya yaitu BJ. Habibie, namun tentu pergolakan
politik belum mereda, malah semakin memanas. Pergantian kepemimpinan
menjadi babak baru penyelesaian berbagai masalah, yang tentu masih
membutuhkan dukungan idealisme mahasiswa untuk ikut menyelesaikan
berbagai persoalan sebagai agenda yang harus dituntaskan. Ketidak puasan
ada di mana-mana oleh karena posisi birokrasi yang tidak pas ketika
Presiden Habibie menjabat dan mengambil berbagai kebijakan yang dinilai
tidak pro terhadap rakyat. Pak Cik dengan FKSMJ dan organ pergerakan di
kampus-kampus yang mendukungnya terus bergerak, tiada hari tanpa
demonstrasi. Namun seiring waktu berjalan, dengan itikad baik dari para
tokoh politik nasional yang didukung mahasiswa dan rakyat,
berangsur-angsur kondisi stabil setelah representasi suara rakyat masuk
dalam pemilu dan juga menghasilkan pemimpin-pemimpin baru yang berusaha
mengaktualisasikan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik dan
demokratis.
Betapapun pada saat ini sudah terjadi
perbaikan di berbagai kelembagaan pemerintahan dan parlemen bukan semata
menjadi buah perjuangan yang harus dinikmati, karena sejatinya
perjuangan itu tidak pernah akan berhenti. Maka peran serta dalam rangka
kontribusi riil anak bangsa dalam berperan serta membangun bangsanya,
Pak Cik mendedikasikan langkah politiknya bergabung dengan Partai
HANURA, sebagai kanal aspirasinya dalam intra parlemen. Kepercayaan yang
didapat dari masyarakat adalah dengan menghantarkanya sebagai Ketua DPD
Partai Hanura dari Propinsi Riau dari tahun 2009. Dan hajat besar yang
sedang dibangunnya sekarang ini adalah ikut maju dalam Pencalonan
sebagai Gubernur Riau, ini adalah langkah progresif dari perwakilan
aktifis pergerakan dan reformasi 98 yang beritikad masuk dalam
pemerintahan propinsi yang tentu sudah dilengkapi dengan kesiapan agenda
dan ide-ide membangun untuk masyarakat Propinsi Riau. Dan kita sebagai
bagian dari Almamater UPN Veteran Jakarta seyogyanya ikut mengapresiasi
dan mendorong agar perjuangan Pak Cik selelu menemui titik keberhasilan
untuk menggapai keberhasilan yang lainya.
Di beberapa tahun terakhir, Pak Cik juga
sudah menyelesaiakn S-2 di Bidang Politik di Universitas Indonesia,
semoga ini melengkapi kemampuan intelekturl politiknya dalam rangka
mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan Negara. Amin Ya Robb al’alamin.
(bhd/-red).
Sumber : IKA UPNVJ
.
0 komentar :
Posting Komentar