Minggu, 30 Juni 2013

Waspada “Economic Bubble” : Indonesia Diambang Krisis Moneter?

Posted by Unknown 9:57 PM , under | No comments

economic finance header

Waspada!! “Economic Bubble” Sebagai Indikator Awal Krisis Moneter : Bisa Jadi, Indonesia Justru Sedang Diambang Krisis Keuangan!

economic bubble banner
Gelembung Ekonomi atau “Economic Bubble” dapat muncul setiap saat, tanpa didahului terjadinya ketidakpastian harga dan aksi spekulasi. Fenomena globalisasi membuat krisis ekonomi di suatu negara langsung menciptakan ancaman krisis serupa di seluruh negara di dunia. Janganlah kita mudah terlena dengan indikasi ekonomi makro yang gemilang. Namun sesungguhnya keropos di dalam.
economics bubble header
Ditengah krisis dunia sejak tahun 2008 yang akhirnya berkembang secara global termasuk di AS dan Eropa, namun justru pendapatan perekonomian dan daya beli rakyat dibeberapa negara seperti Cina, India dan Indonesia semakin tinggi.
Banyak statistik membuktikan bahwa rakyat Indonesia semakin makmur, dibidang otomotive dan property misalnya, kedua jenis produk itu dibeli layaknya “kacang goreng”.
Di dunia otomotif, dari motor hingga mobil-mobil mewah berseliweran di jalan, hingga blanko STNK pun habis tanpa stok saat mengurus perpanjangan STNK dan harus menunggu beberapa bulan ke depan, gila! ini terjadi hanya karena membludaknya pembelian otomotif di Indonesia.

 

Masalah macet? bukan lagi terjadi di kota besar, saat Lebaran misalnya, macet sudah seantero pulau-pulau besar di Nusantara, melalui jalan-jalan antar provinsi di tiap pulaunya.
Harga properti dan tanah juga naik gila-gilaan, kawasan elite di Menteng Jakarta misalnya, pada periode Mei 2013 tiap satu meter persegi sudah mencapai hingga Rp. 100 juta lebih.
Tapi harga setinggi itupun tetap dibeli, harga-harga perumahan, apartemen dan properti lainnya di Indonesia juga semakin naik tanpa patokan yang jelas, tapi tetap dibeli dan terbeli oleh masyarakat. Luar biasa daya beli masyarakat pada saat ini.
Masih ingat bagaimana orang-orang golongan ekonomi menengah ke atas dengan perhiasan mencolok serta gadget terbaru yang digenggamnya, masih mau dan rela mengantri di mall-mall sepanjang lebih dari 100 meter hanya untuk dapat membeli sebuah sandal merk Crocs?

 harga rumah naik dan mahal 
Masih ingat orang berebut mengantri panjang bagaikan ular di setiap ada peluncuran handphone keluaran terbaru dengan harga discount?
Harga sebuah sandal atau handphone yang kelewat mahal “tak masuk akal” jauh dari biaya produksi hanya ada di Indonesia, karena masyarakatnya sangat konsumtif terhadap merk-merk “kelas dunia” tertentu diatas negara-negara lainnya.
Sehingga, banyak produsen handphone dan gadget meluncurkan produk terbarunya justru di Indonesia. Selain konsumtif, Indonesia memang tak berdampak signifikan oleh krisis monetar dunia yang belum pulih hingga kini.
Indonesia merupakan salah satu market atau pasar potensial di dunia dengan jumlah penduduk 250 juta, yang nyaris semuanya memakai barang import. Berbeda dengan banyak negara lain yang penduduknya jauh lebih banyak dibanding Indonesia, namun warganya tidak begitu konsumtif apalagi terhadap suatu brand atau merk seperti warga Indonesia.
Namun janganlah justru senang, BISA JADI inilah salah satu indikator awal krisis moneter Indonesia sebentar lagi untuk ke depannya, ketika harga-harga naik tanpa patokan, ketika rakyat tetap membelinya, Economic bubble! Mirip Amerika Serikat saat terpuruk ekonominya. Kredit macet perumahan tak terkira. PREPARE! Economic bubble ahead!

antrian_pembeli_crocs

Gelembung ekonomi (economic bubble), atau gelembung spekulatif, atau gelembung keuangan adalah “perdagangan dalam volume besar dengan harga yang sangat berbeda dengan nilai intrinsiknya”.
Dalam kata lain, memperdagangkan produk atau aset dengan harga yang jauh lebih tinggi atau lebih mahal daripada nilai fundamentalnya!
Walaupun beberapa ahli ekonomi menyangkal adanya gelembung ekonomi, tapi penyebab gelembung ekonomi tetap menjadi tantangan untuk diteliti bagi mereka yang yakin bahwa harga aset sangat sering menyimpang dari nilai intrinsiknya.

pameran di jakarta

Meskipun ada banyak penjelasan tentang penyebab gelembung ekonomi, namun belakangan ini diketahui bahwa gelembung ekonomi dapat muncul bahkan tanpa didahului ketidakpastian, spekulasi, atau rasionalitas terbatas!
Penjelasan lain mengatakan gelembung ekonomi mungkin akhirnya disebabkan oleh proses koordinasi harga atau norma-norma sosial yang baru muncul.
Pengamatan nilai intrinsik sering sulit dilakukan dalam keadaan nyata di pasar, sehingga gelembung yang terjadi sering hanya dapat dikenali dengan pasti secara retrospektif, ketika terjadi penurunan harga secara tiba-tiba.

 

Keadaan anjloknya harga seperti itu sering disebut juga sebagai Keruntuhan (crash) atau “pecahnya gelembung” (boom economic).
Fase “boom economic” maupun resesi dalam suatu ekonomi gelembung adalah contoh-contoh dari mekanisme “umpan balik positif” yang membedakannya dari mekanisme “umpan balik negatif” yang menentukan harga keseimbangan dalam keadaan pasar normal.
Harga-harga dalam gelembung ekonomi dapat berfluktuasi dengan tidak menentu, dan menjadi tidak mungkin untuk memprediksinya hanya berdasarkan penawaran dan permintaan saja.
Ahli ekonomi menggunakan istilah “gelembung” untuk peningkatan harga aset secara ekstrem berdasarkan harapan kenaikan harga pada masa depan dan tanpa dukungan fundamental ekonomi dan lazimnya diikuti kenyataan yang bertolak belakang dari harapan, dan anjloknya harga-harga.
Contoh-Contoh Gelembung Ekonomi di Indonesia dan di Dunia
Sebagai contoh-contoh kecil, masih ingatkah Anda saat mewabahnya berbagai produk “dengan harga gila dan aneh” di Indonesia yang tak masuk akal beberapa tahun lalu?


Ikan Louhan, hanya karena motif berwarna gelap yang ada disisi samping badannya dan mirip tulisan sesuatu, harganya bisa mencapai milyaran rupiah. Kini tak ada lagi kabar tentang bisnis ini.
Masih ingat saat Indonesia evoria dan demam ikan Louhan? Seekor ikan Louhan bisa berharga ratusan juta hingga milyaran, hanya karena terdapat “mirip tulisan” tertentu pada corak berwarna gelap yang ada disamping badannya dan hanya dapat terlihat berupa titik-titik abstrak disamping badannya, dengan begitu harganya mencapai milyaran rupiah.
Begitu pula dengan ikan Louhan yang bentuk fisiknya cacat sejak lahir, ketidaksempurnaan bentuk tubuhnya juga dapat dihargai jutaan rupiah.
Lalu, bagaimana gilanya harga seekor tokek? Tokek yang diyakini dapat menyembuhkan AIDS, maka tokek dijual mahal, tokek merupakan binatang yang saat itu banyak dicari keberadaannya oleh sejumlah masyarakat.
Pasalnya, jenis reptil yang masuk golongan cecak besar suku Gekkonidae itu memiliki harga jual tinggi di pasaran. Harga tokek yang memiliki berat 4 ons bisa dijual lebih dari Rp 500 juta rupiah hingga milyaran rupiah.
Dengan iming-iming akan mendapatkan keuntungan besar, sejumlah masyarakat berlomba-lomba untuk berbisnis tokek. Dari tokek kecil dibeli dengan harga mahal, lalu dijual lagi dengan harga lebih mahal, begitu seterusnya, selalu dibeli oleh orang yang bukan membutuhkannya, tapi hanya karena bisnisnya.

Tokek, yang masuk golongan cecak besar suku Gekkonidae, pada masa lalu memiliki harga jual sangat tinggi di pasaran karena diyakini bisa menyembuhkan AIDS. Harga tokek yang besar isyunya bisa dijual lebih dari 1 milyar rupiah. Kini tak ada lagi kabar tentang bisnis ini.
Hingga pada pembeli tokek terakhir inilah, tokek hasil pembeliannya itu akhirnya tak laku lagi dijual, tak ada pembeli lain yang berani membelinya dengan harga sangat tinggi. Yang laku untuk diekspor justru yang hanya berukuran biasa.
Bagaimana pula dengan harga sebuah tanaman Anthurium beberapa tahun lalu? Gelembung harga hingga ratusan juta rupiah tanaman talas-talasan (Aracaceae) berlabel Anthurium, yang booming pada sekitar tahun 2004-2007, membuat beberapa kalangan masyarakat kaya mendadak, dan sebaliknya, miskin mendadak!
Itu terjadi karena migrasi tingkat pendapatan, dari kalangan pejabat pemerintah yang kaya dan berpunya dari perkotaan dengan tabungannya jutaan rupiah, berpindah ke kalangan petani bunga di desa pedalaman dan kaki pegunungan, yang bahkan sebelumnya tak paham caranya bikin rekening tabungan di bank (waktu itu tak banyak orang desa punya rekening, bank biasanya cuma ada di kota).
Penawaran suplai terbesar tamanam yang datang dari desa-desa, dan permintaan terbesar datang dari perkotaan, atau ibu kota Jakarta, yang kebanyakan tidak mengerti hukum ekonomi pasar, permintaan dan penawaran, serta rekayasa sosial kelangkaan komoditas (oleh para pemain lama di pasar), untuk mengendalikan tingkat harga.


Anthurium andraeanum, pohon dari zaman dahulu kala yang biasanya ada disemak-semak hutan ini, anehnya, harganya sempat sangat mahal. Kini tak ada lagi kabar tentang bisnis ini.
Bagaimana bisa tanaman sejenis talas ini, Anthurium, yang biasanya tumbuh liar, atau ditanam sebagai penghias ruangan di rumah-rumah itu harganya bisa membumbung sampai puluhan kali lipat dari tingkat pendapatan perkapita masyarakat Indonesia pada umumnya?
Semua itu karena setiap barang bisa dihargai atau divaluasi oleh pasar, dan pasar dibangun dari dua komponen utama, yaitu penawaran (supply) dan permintaan (demand).
Kurva akan berusaha mencari tingkat keseimbangan (equilibrium), antara permintaan dan penawaran, dan secara ekonomi pergeseran itu bisa sangat liar, tak terkendali.
Gelembung ekonomi tanaman talas Anthurium ini sebenarnya model kasus yang meniru persis kasus gelembung ekonomi Bunga Tulip di Belanda, pada periode 1636- 1637, tahun yang sama awal-awal kapal dagang VOC mendarat di tanah Jawa.
Kasusnya seakan menggelikan, konyol tapi nyata, oleh karena itu pakar ekonomi sering melabelnya dengan : Teori Kegilaan Massal, atau Kebodohan Besar, saat manusia bisa berlomba membeli bunga atau tanaman, dengan harga yang setara dengan rumah mewah, di zamannya.

 

Tulip sebenarnya bukanlah tanaman asli Belanda (di dataran rendah/ Nederland), walaupun mungkin sampai sekarang menjadi ikon utama negeri itu, selain kincir angin.
Tulip aslinya dari kawasan Asia Tengah, yang pertama kali dikultivasikan pada sekitar tahun 1000, oleh para botanis dan ahli pertamanan Kesultanan Turki Usmaniyah.
Popularitas Tulip sebagai komoditas dengan nilai ekonomi meningkat, dengan bertambah eratnya relasi perdagangan antara Turki Usmaniyah dengan kerajaan-kerajaan di tanah Eropa, utamanya Tahta Suci Romawi.
Kultivasi Tulip di Belanda dimulai oleh satu orang botanis, mantan ahli taman Kaisar Maximilian II, yang membangun taman botani kerajaan di Wina, Austria, bernama Claudius Clusius. Pada 1594, Tulip tumbuh pertama kali di tanah Eropa, setahun setelah kedatangan Claudius di Belanda.

Interest rate & value stock of assests curve
Selama periode 1594 sampai 1637 Tulip menjadi komoditas ekonomi berharga tinggi di Eropa, simbol status sosial, dan tentunya langka, karena ini syarat pertama sebuah barang bisa dimainkan kurva equilibrium-nya.
Bunga Tulip yang indah menjadi simbol sosial kalangan atas, para bangsawan dan borjuis Eropa, membuat permintaan terus meningkat pesat, dan sesuai hukum pasar, maka penawaran harus mengimbangi untuk terbentuknya harga yang disepakati.
Tumbuhnya permintaan Tulip jauh lebih cepat daripada tingkat produktivitasnya. Siklus hidup Tulip butuh 7 sampai 12 tahun untuk pembibitan hingga panen bunga.
Untuk mengendalikan harga Tulip, pedagang Tulip menggunakan cara baru, yaitu dengan model surat berharga, yang dikeluarkan setiap musim dingin, hingga pembeli bisa mendapatkan produknya di musim panas.



Bunga Tulip, yang sempat menghancurkan perekonomian Belanda dimasa lalu akibat dari ‘economic bubble’.
Surat berharga itu dibuat berdasarkan prediksi kualitas bibit, dan tentunya prediksi harga yang pantas di masa depan, atau subprime lending. Peredaran instrumen transaksi, berupa surat hutang, membuat peningkatan nilai agregat nominal hutang, yang tidak diimbangi dengan transaksi riil, pertukaran barang (Tulip) dengan uang (alat tukar resmi).
Lambatnya siklus produksi Tulip yang sangat tidak sebanding dengan jumlah pertumbuhan permintaannya, sangat berkontribusi untuk terjadinya gelembung ekonomi yang berpuncak pada tahun 1636- 1637.

Tulip price index
Pada awalnya yang berjudi dengan pertumbuhan harga Tulip hanya kalangan pedagang, lalu demam Tulip ini merambah ke kalangan bangsawan dan orang kaya, bahkan masyarakat umum, karena adanya harapan bahwa pembelian hari ini, akan bisa dijual dengan harga berlipat pada bulan- bulan berikutnya.
Pada Januari 1637, harga sepucuk Tulip menyentuh harga 6000 Florins atau setara 1,8 juta USD pada masa kini (kurs April 2013) sedangkan pendapatan perkapita di Belanda saat itu di angka 150 Florins atau setara 45,000 USD (kurs April 2013 ).
Pada Februari 1637, terjadi penjualan Tulip dalam jumlah besar yang diikuti dengan panik massal penjualan stok Tulip secara beruntun oleh para pelaku pasar, harga Tulip pun anjlok, sama dengan harga seonggok bawang putih, di kala itu.
Talas Anthurium jelas punya kesamaan model kasus, banyak petani di kaki gunung yang kaya mendadak, karena ulah spekulan di perkotaan. Namun selebihnya, banyak ibu- ibu istri pejabat, yang telanjur menanamkan uangnya dengan harapan akan menangguk keuntungan berlipat, jatuh merugi.
Nilai Anthurium tertinggi yang ditawarkan pernah sampai di titik harga Rp. 300 juta rupiah, dengan perbandingan rata-rata upah minimum regional Jawa Tengah (tempat terbanyak petani Anthurium untuk perkotaan) perkapita hanya Rp. 12 juta rupiah, 25 kali lipat.
Secara agregat nominal, persentase rasio, atau skala ekonomi memang tidak sebesar “Tulipmania” 1636- 1637 di Belanda, tapi kasus Anthurium 2006- 2007 di Jawa Tengah ini cukup mampu membolak-balik status sosial ekonomi beberapa kalangan.
 
Siapa yang diuntungkan dari kasus gelembung semacam bunga Tulip dan Anthurium ini?
Yang diuntungkan tentunya adalah para spekulan yang tahu benar kapan saatnya membeli dan menjual stok barangnya, mereka yang mendengar pertama kali saat harga masih murah, dan menjualnya kembali pada titik harga tertinggi.
Siapa yang dirugikan? Tentunya adalah “para pengekor” yang membeli saat harga mendekati puncak, dan menjual stoknya, saat harga barang sudah jatuh, menjauhi titik tertinggi harga pasar, mirip fenomena jual-beli tokek.
Menariknya kurva parabol pertumbuhan persentase marjin, dalam kasus- kasus gelembung ekonomi, selalu dibumbui dengan variabel psikologi pelaku pasar, misalnya: dorongan memiliki simbol status sosial pergaulan, hasrat meraih keuntungan berlipat atau bumbu meta-fisikal segala, tentang doa-doa yang dikabulkan, bahwa tujuh turunan generasi akan kaya raya, tanpa perlu lagi bekerja.
Ya, manusia ternyata tetap rasional, selama kondisi psikisnya juga stabil dan itu bukan perkara yang mudah untuk dikendalikan, apalagi jika yang dimaksud adalah kondisi psikologi banyak manusia, komunal.

Bubble Lifecycle Graphic
Kasus gelembung ekonomi bisa terjadi karena para pelaku pasar, para manusia yang sebenarnya adalah makhluk- makhluk yang lebih dominan sisi psikis daripada kognitifnya (rasio). Sisi- sisi dasar psikis manusia yang sering digunakan sebagai “tombol ajaib”, untuk membuat pasar dinamis adalah: rasa takut dan harapan masa depan lebih baik.
Komodifikasi rasa takut (fear) dan harapan (hope) akan selalu dimainkan oleh segelintir kecil manusia, untuk mengendalikan sebagian besar manusia lain, dalam kasus ini adalah untuk mengendalikan kondisi psikologis komunal pelaku pasar.
Investasi terbaik adalah kembali ke diri sendiri, yaitu untuk memiliki pengetahuan dan keahlian sebanyak yang kita bisa serta perlukan dan membaca perilaku sosial masyarakat tempat kita hidup sehingga mampu menentukan posisi, apakah akan mengikuti arus kebodohan massal, memperingatkan mereka, atau tidak ikut sama sekali dan tidak terlibat dalam penanggukan keuntungan, ataupun kerugian besar, dalam waktu sekejap.
Di kasus semacam inilah kapitalisasi informasi menemukan nilai transaksional yang bisa dikalkulasi dan divaluasi, bukan sekedar jargon- jargon kosong tentang abad informasi, yang kadang justru susah dipahami publik awam.
Tulip mania di Belanda (1646), ikan mujair jenis Lohan, cicak besar si Tokek, tanaman semak Anthurium, dan gelembung saham lainnya adalah contoh tipikal dari gelembung spekulasi. Di Jepang, penggelembungan harga aset terjadi pada akhir 1980-an.
Bahkan krisis ekonomi di Amerika Serikat yang dimulai tahun 2008 lalu juga diawali oleh economic bubble, dimana rakyatnya mempunyai daya beli yang tinggi serta suku bunga yang tinggi, hingga akhirnya tak lagi mampu membayar kredit apapun, termasuk kredit rumah yang tak terkira jumlahnya.
Tautan jurnal tentang Tulip mania 1636-1637 dapat anda unduh sebagai bahan perbandingan dan study (format PDF): University of Chicago JSTOR, UCLA , Maurits van Der Veen, University of Georgia, Scott Nicholson
Beberapa kasus krisis ekonomi yang berawal dari Economic Bubble atau Gelembung Ekonomi lainnya:
  • Tulip mania (berpuncak pada Februari 1637)
  • The South Sea Company (1720)
  • Mississippi Company (1720)
  • Spekulasi saham kereta api Inggris (1840-an)
  • Spekulasi tanah di Florida 1920-an (1925)
  • Gelembung ekonomi Amerika 1920-an (Roaring Twenties), (sekitar 1922-1929)
  • Nifty Fifty, akhir 1960-an dan awal 1970-an
  • Spekulasi saham Poseidon, awal 1970-an
  • Penggelembungan harga aset di Jepang (1986-1990)
  • Krisis finansial Asia 1997
  • Gelembung dot-com (1995–2000)
  • Gelembung perumahan Amerika Serikat (2005-2008)
Potensi Gelembung Ekonomi
Kalangan pengusaha dan pelaku ekonomi di tanah air mendapat warning penting pertengahan Mei 2013 lalu dari Wakil Presiden Boediono. Saat membuka World Ceramic Tiles Forum di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (30/6/13), wapres mengingatkan pelaku ekonomi tentang kemungkinan terjadinya ’’gelembung ekonomi’’.
Selama ini, ahli ekonomi menggunakan istilah ’’gelembung’’ untuk menyebut fenomena peningkatan harga aset secara ekstrem berdasar harapan kenaikannya pada masa depan tanpa dukungan fundamental ekonomi kuat.
Secara akademis, gelembung ekonomi, spekulatif, atau keuangan juga sering diartikan sebagai ’’perdagangan dalam volume besar dengan harga yang sangat berbeda dengan nilai intrinsiknya’’.
Dalam konteks negara, kebijakan yang terlalu mengejar pertumbuhan jangka pendek dan melupakan jangka menengah hingga panjang bisa menimbulkan gelembung ekonomi.



Dengan begitu, dalam mengambil kebijakan ekonomi makro, pemerintah akan mengarahkan kepada upaya menghindari terjadinya kenaikan harga barang secara tidak rasional.
Perekonomian Indonesia pada 2010 lalu memang sama sekali tidak mengindikasikan gejala ke arah adanya penggelembungan.
Pertumbuhan ekspor dan investasi di sektor riil meningkat dan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal pertama tahun 2013. Belum lagi pertumbuhan kredit dan penempatan dana masyarakat di perbankan juga meningkat pesat.
Namun, mencermati peringatan wapres yang juga memiliki kapasitas tak diragukan di bidang ekonomi moneter sangatlah penting. Apalagi, belakangan diketahui gelembung ekonomi dapat muncul setiap saat, tanpa didahului terjadinya ketidakpastian harga dan aksi spekulasi.
Fenomena globalisasi membuat krisis ekonomi di suatu negara langsung menciptakan ancaman krisis serupa di seluruh negara di dunia. Setelah krisis finansial global 2008 yang berawal dari Amerika Serikat, dunia kini dibayangi dampak krisis baru akibat terguncangnya perekonomian Yunani.
Jika penyebaran dampak krisis Yunani juga tak bisa dicegah, virusnya bisa mengglobal. Akibatnya, semua negara kini mengelola perekonomian masing-masing dengan penuh hati-hati.
Apa yang disampaikan Boediono merupakan bagian dari kehati-hatian tersebut. Peringatan itu juga sebagai isyarat agar kita tidak mudah terlena dengan indikasi ekonomi makro yang gemilang. Namun sesungguhnya keropos di dalam.

krisis moneter eropa

Kenyataan bahwa penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah konsumsi masyarakat, sebuah aset berharga yang harus terus dijaga. Caranya, segala upaya kebijakan ekonomi harus fokus pada pertumbuhan sektor riil. Tak hanya pertumbuhan di sektor keuangan, perbankan, saham, dan sektor finansial yang terbukti beberapa kali semu serta gampang menipu.
ADB Ingatkan Indonesia Waspadai Gelembung Ekonomi
Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan peningkatan arus modal pada pasar obligasi lokal di beberapa negara berkembang Asia Timur dapat mendorong risiko terjadinya gelembung (bubble), walaupun hal tersebut menunjukkan adanya minat investor terhadap kawasan ini.
“Kawasan ini lebih tangguh dibandingkan dulu, namun pemerintah harus berhati-hati terhadap pembalikan arus modal yang dapat menyebabkan bubble, apabila perekonomian di AS dan Eropa mulai membaik,” ujar Ekonom Senior ADB untuk Integrasi Ekonomi Regional, Thiam Hee Ng, dalam keterangan pers tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (18/3/13).
Sejak 1990, investor swasta telah menanamkan modal di kawasan Asia Timur karena suku bunga rendah dan pertumbuhan ekonomi yang melambat di negara maju. Kondisi tersebut makin meningkat hingga akhir tahun 2012 lalu.
Kawasan negara berkembang di Asia Timur dalam laporan ini mencakup Indonesia, China, Hong Kong, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
ADB mencatat pada akhir 2012, pasar obligasi di negara Asia Timur mencakup dana senilai 6,5 triliun dolar AS atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2011 yang hanya tercatat 5,7 triliun dolar AS.
Situasi tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 12,1%. Hal yang sama terlihat dari pasar obligasi korporasi yang mengalami peningkatan hingga 18,6% atau sebesar 2,3 triliun dolar AS.

 

Contoh kondisi di pasar obligasi Indonesia, di mana kepemilikan obligasi pemerintah sebesar 33% dikuasai investor luar negeri hingga akhir 2012.
Bandingkan dengan kepemilikan asing atas obligasi pemerintah Malaysia yang mencapai 28,5% pada akhir September 2012.
Pasar obligasi lokal Indonesia meningkat pada triwulan IV 2012 sebesar 9,7% bila dibandingkan dengan kondisi tahun lalu atau meningkat 3,3% dibandingkan akhir September 2012. Sedangkan obligasi korporasi Indonesia meningkat hingga 19 miliar dolar AS dan obligasi pemerintah mencapai 92 miliar dolar AS.
Pasar obligasi pemerintah tumbuh 6,6% year on year karena penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN), treasury bill dan Surat Utang Negara (SUN). Penerbitan obligasi korporasi bahkan meningkat lebih tinggi 27,6%.
Waspadai Bubble Ekonomi Indonesia!
Pengamat ekonomi, yang juga pendiri CReco Research Institute, M Chatib Basri, mengingatkan Pemerintah Indonesia akan terjadinya imbas gelembung pertumbuhan ekonomi yang semu (bubble economy) dengan mengalirnya dana masuk ke Indonesia sebagai dampak kenaikan pagu utang Pemerintah AS sebesar 1,2 triliun dollar AS.
Sebab, dana yang mengalir deras ke pasar uang, pasar modal, dan perbankan Indonesia harus bisa diserap untuk menggerakkan sektor riil dan investasi jangka panjang. Jangan hanya bertengger di pasar uang, pasar modal, atau bank belaka.


Jebakan Gelembung Finansial, oleh Muhammad Chatib Basri.
“Kalau hanya numpang di situ saja, itulah yang menyebabkan peningkatan bubble economy,” tandas Muhammad Chatib Basri Selasa (2/8/2011) yang akhirnya dilantik oleh Presiden SBY sebagai menteri keuangan pada 20 Mei 2013 lalu menggantikan Agus Martowardojo yang dicopot dari jabatannya karena terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia.
SBY melihat sosok Chatib sebagai seorang ekonom yang memiliki pengalaman dan penugasan yang luas. SBY juga memuji prestasi Chatib selama memimpin BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dalam setahun terakhir.


Muhammad Chatib Basri (Menteri Keuangan)
“Investasi di Indonesia tumbuh secara signifikan, ini sangat penting kontributor di kala ekspor kita dan ekspor negara-negara lain mengalami kemerosotan,” puji SBY.
Chatib Basri pernah bertugas sebagai stafsus menteri keuangan, sebagai deputi menkeu untuk tugas-tugas di G20. Sebelum dipercaya menjabat sebagai Kepala BKPM, Chatib menjabat sebagai wakil ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN).
Menurut Chatib, Indonesia memang bisa mendapatkan dana murah untuk pendanaan jangka panjangnya. Namun, apakah bisa diserap secara optimal?
“Syaratnya, pemerintah juga harus segera membangun infrastruktur jalan, jembatan, dan pelabuhan agar investor mau mengeluarkan dananya untuk investasi jangka panjang ataupun foreign direct invesment (FDI). Tanpa mewujudkan itu, yang terjadi cuma bubble. Itulah risiko yang harus diwaspadai,” kata M. Chatib Basri.
Gelembung atau “‘pertumbuhan ekonomi yang semu’” akibat masuknya dana asing justru akan meningkat jika dana tersebut tak bisa untuk menggerakkan sektor riil. “Karena itu, pemerintah harus segera merealisasi regulasi yang belum ada, seperti RUU Pertanahan, pembebasan lahan, dan koordinasi yang semakin baik serta perbaikan iklim investasi,” kata Chatib mengingatkan.
Hutang AS Yang Tak Mampu Dibayar Masih Merupakan Ancaman Ekonomi Global!
Amerika Serikat hampir pasti lolos gagal bayar (default) setelah DPR mereka menyetujui kesepakatan peningkatan batas utang pemerintah federal, sejak tahun 2011. Meski begitu, para kreditor AS menilai, utang AS yang menggunung dan dollar yang terlalu dominan masih tetap mengancam ekonomi global.

“Humans are the only species that pay to live on the Earth... Our money is fake. Our debt is fake. Our two party system is fake. Our healthcare system is fake. Most of the stuff we've been told is fake. Once you realize this, what you've thought of as reality begins to look like a cheap set on some ridiculous B movie.”
“Humans are the only species that pay to live on the Earth… Our money is fake. Our debt is fake. Our two party system is fake. Our healthcare system is fake. Most of the stuff we’ve been told is fake. Once you realize this, what you’ve thought of as reality begins to look like a cheap set on some ridiculous B movie.”
NSalah satu kreditor terbesar yang khawatir dengan kemampuan AS dalam membayar utang adalah China. Surat kabar utama di China, People’s Daily, mengatakan, kredibilitas obligasi Pemerintah AS sudah hancur sejak krisis sub-prime mortgage.
Namun, kebanyakan negara lain di dunia belum bisa menemukan cara untuk melepaskan ketergantungan pada dollar.
“Meski kepercayaan pada utang AS turun dan lembaga rating akan menurunkan rating AS, kredibilitas dasar tidak berubah. Dollar tetap menjadi mata uang yang kuat,” kata surat kabar itu.
Tapi memang realita yang telah terjadi sesungguhnya terbukti, bahwa semua produk dunia didominasi dan dijual belikan dengan patokan mata uang dollar Amerika.
Memang itu yang diinginkan oleh para elit dunia, agar perekonomian selalu berada dan tergantung dengan dollar Amerika. Jangan macam-macam jika ada negara atau pemimpin negara di dunia ini yang tidak menggunakan dollar Amerika, mereka akan dikucilkan di dunia perekonomian secara global, dulu mirip Libya dan Irak, sekarang ini mirip Iran dan Korea Utara.
they dont want to use dollar 
Dengan adanya ketergantungan dunia terhadap dollar Amerika, maka para elite dunia akan dapat lebih mudah mengontrol perekonomian dan keuangan dunia. Maka dengan mudah pula dapat mengontrol manusianya, bahkan rakyat didalam suatu atau beberapa negara lainnya untuk dapat menentang pemerintahannya akibat krisis berkepanjangan dan menyusahkan kehidupan rakyatnya. Padahal apa yang terjadi di negara tersebut adalah akibat “kebijaksanaan” AS dan negara-negara sekutunya sendiri.
Negara mana yang akan makmur, negara mana yang akan bangkrut, negara mana yang akan krisis, negara mana yang akan tergantung dengan ekonomi negara lainnya, dan pengontrollan-pengontrollan perekonomian sejenisnya secara praktis dapat dirancanakan dan direalisasi.
Jangan pula kita pikir bahwa Amerika dan Eropa terkena krisis berkepanjangan artinya para elite mereka juga terkena dampaknya, tidak! Para elit jauh-jauh sangat kaya, apapun krisisnya, bagaimanapun level krisis tersebut, mereka tetap kaya dengan cadangan emas jutaan ton dari hasil pertambangannya seantero dunia, hanya ditukar dengan kertas, emas dibeli (baca: ditukar) dengan kertas.
bilderberg elite cycles
Yang terkena krisis di Eropa dan Amerika Serikat, sejatinya adalah rakyatnya, bukan para elitenya. Namun pemerintahan rezim monarki dan kapitalis AS justru menaikkan pajak rakyatnya dengan alasan untuk membayar hutang negara, yang padahal hutang tersebut dapat dibayar sendiri oleh mereka, para elite pengatur negara dan rakyatnya.
Zhu Baoliang, kepala ekonom di lembaga pemerintah State Information Centre, mengatakan, pengurangan belanja AS sebesar 1 triliun dollar AS selama 10 tahun ke depan tidak cukup untuk mencegah krisis utang pada masa yang akan datang. “Gagal bayar AS tidak akan berdampak langsung terhadap China. Tapi, dampaknya akan terlihat pada jangka panjang,” katanya seperti dikutip China Daily.

Vladimir Putin
Sedangkan Li Xiangyang, seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial China, mengatakan, politisi AS pada masa depan bisa mengabaikan kepentingan kreditor dan lebih mengutamakan kebijakan dalam negeri.
Menurut Li, untuk menghindari perangkap dollar AS, China harus menghentikan investasi dalam aset dollar pada masa depan. Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin juga melihat ancaman serupa.
“AS sudah tak terkendali dan menumpahkan sebagian beban masalah ke ekonomi dunia. AS hidup sebagai parasit dari ekonomi global dan monopoli dollar,” ujar Vladimir Putin.
Putin, yang sering mengkritik kebijakan nilai tukar AS, mencatat, Rusia memegang obligasi dan treasury notes AS dalam jumlah besar. “Jika di Amerika ada masalah sistemik, akan mempengaruhi semua orang.
Negara seperti China dan Rusia menyimpan cadangan devisa dalam jumlah besar di surat berharga Amerika. Seharusnya ada mata uang lain sebagai cadangan devisa,” ujarnya. (sumber: wikipedia/ radarlampung/ antara/ maxheartwood.wordpress/ kompas/ kontan.coid/ berbagai sumber)

henry ford quotes

“Merupakan hal yang cukup bagus bahwa masyarakat tidak mengetahui sistim perbankan dan moneter, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin akan ada revolusi sebelum terbitnya fajar.”
- Henry Ford.

Sumber : indocropcircles
***

Big Brother Indonesia? Provider Mulai Intai Pelanggan!

Posted by Unknown 9:43 PM , under | No comments

ISP big brother indonesia

Operator & Provider Besar Indonesia Diduga Mengintai Para Pelanggannya! Apakah “Big Brother” Sudah Merambah Indonesia?

FinFisher-spyware-found-running-on-computers-all-over-the-world 

Pasal 40 UU No.36 Tahun 1999 menyatakan, “bahwa setiap orang dilarang melakukan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun. Bagi yang melanggar ketentuan tersebut diancam pidana penjara maksimal 15 tahun penjara.” (Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, Gatot S Dewa Broto)
Studi yang dilakukan Citizen Lab dari akhir 2012 hingga awal tahun 2013 menunjukkan, bahwa ada dua ISP besar di Indonesia yang diduga sedang memata-matai penggunanya.
spy indonesia logo

Hal ini ditulis dalam studi terbaru Citizen Lab dari University Toronto (13/3), Kanada, yang mencatat ada setidaknya 25 negara yang menggunakan software mata-mata untuk menguntit para pengguna.
Parahnya, ternyata Indonesia juga termasuk salah satu di antara ke 25 negara tersebut!
Dalam laporan berjudul You Only Click Twice: FinFisher’s Global Proliferation, tercatat 25 negara yang memakai perangkat lunak atau software mata-mata tersebut adalah:
Australia, Bahrain, Bangladesh, Belanda, Brunei, Estonia, Ethiopia, India, Jepang, Jerman, Kanada, Latvia, Malaysia, Meksiko, Mongolia, Republik Ceko, Qatar, Serbia, Singapura, Turkmenistan, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, Vietnam dan Indonesia.
Semua negara ini menggunakan software yang sama untuk memata-matai penggunanya, yaitu FinFisher.
Software ini sendiri sebenarnya adalah piranti lunak yang dikembangkan oleh Gamma International dari Jerman dan dijual terbatas untuk kalangan aparat penegak hukum.
Dalam praktik sehari-hari, sebenarnya FinFisher sendiri memang lebih banyak digunakan untuk penegakan hukum sehingga aksesnya sangat dibatasi. Namun begitu, tercatat ada dua ISP besar Indonesia yang juga menggunakan FinFisher, yaitu Biznet, Matrixnet Global (Mango-Net) dan Telkom.
Hal ini terlihat dari kumpulan alamat IP yang ditengarai menggunakan software ini. Mereka adalah:
118.97.xxx.xxx : PT Telkom (Indonesia)
118.97.xxx.xxx : PT Telkom (Indonesia)
103.28.xxx.xxx : PT Matrixnet Global /Manggo-net (Indonesia)
112.78.143.34 : Biznet ISP (Indonesia)
112.78.143.26 : Biznet ISP (Indonesia)
Sementara itu, ketika dimintai keterangan seputar hal ini, pihak Biznet yang diwakili Adi Kusma, CEO Biznet, masih enggan untuk memberikan keterangannya melalui sambungan telepon maupun pesan singkat.
Telkom dan Biznet jadi buah bibir di Twitter
Meski belum bisa diketahui kebenarannya, laporan mengenai Telkom dan Biznet yang memata-matai para pengguna layanannya tersebut ternyata menjadi perhatian tersendiri di masyarakat. Hal ini setidaknya nampak dari lalu lintas Twitter Indonesia.


Menurut pantauan, ketika dicari berbagai “kicauan” dengan kata kunci Telkom dan Biznet secara bersamaan, ternyata muncul berbagai berita seputar isu kegiatan mata-mata ini.
Banyak dari tweeps yang melakukan tweet ulang berita terkait dan ada juga yang berkomentar terkait berita tersebut.
Seperti yang ditulis oleh @MasO*** (nama sengaja disamarkan), mengatakan bahwa para pengguna internet sebaiknya berhati-hati dengan hal ini. Senada dengan pernyataan tersebut, @ivanazi*** juga menyatakan kekhawatirannya.


Meski begitu, ada pula yang pro dengan apa yang dilakukan oleh Telkom maupun Biznet. “Kalau untuk kebaikan ya gpp lah,” tulis @JustT***.
Berita seputar kegiatan mata-mata ini sendiri pertama kali diketahui setelah munculnya laporan dari Citizen Lab. Organisasi yang berada di Toronto, Kanada, ini mencatat setidaknya ada dua ISP Indonesia dan 24 negara lainnya di dunia sedang menggunakan software FinFisher.

Software ini sendiri merupakan perangkat lunak khusus untuk memata-matai kegiatan di dunia maya. Karena besarnya dampak yang dihasilkan, FinFisher sendiri saat ini dibatasi penggunaannya hanya untuk penegakan hukum.
Apakah FinFisher itu?
Nama FinFisher mendadak mencuat setelah Citizen Lab mengumumkan kalau perangkat lunak ini ‘disalahgunakan’ di 25 negara berbeda. Sebenarnya apa itu FinFisher?
Tidak banyak informasi yang bisa didapat dari situs resmi FinFisher, finfisher.com. Mungkin karena software ini hanya ditujukan untuk mereka yang berkepentingan saja, maka informasi seputar seluk beluknya pun ditutup rapat.
FinFisher-CD

Untungnya, sebuah media asing pernah mengulas habis-habisan seputar software satu ini. Mulai dari latar belakang penciptaannya sampai seberapa hebat perangkat lunak ini.
Seperti yang dilansir oleh New York Times (30/8/2012), keberadaan FinFisher yang dikenal juga dengan FinSpy pertama kali diketahui dari jebolan insinyur Google, Morgan Marquis-Boire yang bekerja sama dengan Bill Marczak. Bersama-sama, pada pertengahan 2012 kemarin, mereka berhasil menemukan gerak-gerik sebuah program yang mampu melacak situasi dunia maya bahkan hingga ke lima benua berbeda sekaligus.
Temuan ini ternyata merupakan software FinFisher. Sebuah perangkat lunak yang dijual secara terbatas oleh Gamma International dan berharge sekitar 287,000 euros, atau US $353,000.
Kabarnya perangkat lunak FinFisher ini mampu mengambil apapun yang diinginkan pengguna. Mulai dari mengambil screenshot layar komputer sasaran, merekam perbincangan Skype, menghidupkan kamera dan mikrofon, hingga merekam segala input data, termasuk ketikan keyboard, yang dilakukan sasaran.
Dengan begitu, seluruh aktivitas dunia maya siapapun juga bisa diketahui secara detail jika menggunakan program ini. Hal tersebut tentunya berbahaya jika yang dijadikan sasaran adalah komputer milik institusi negara yang menyimpan dokumen-dokumen penting.
Oleh karenanya, penjualan FinFisher sendiri sudah dibatasi sehingga tidak bisa digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Anehnya, sebuah temuan dari Citizen Lab menyatakan bahwa, ternyata program ini juga dipakai oleh Biznet dan Telkom!
Padahal, sudah jelas-jelas Biznet maupun Telkom bukanlah badan negara yang memiliki kepentingan untuk menggunakan software tersebut. Sehingga, jika memang benar-benar menggunakan software ini, apa tujuan dari Telkom maupun Biznet? 
(Sumber: FinFisher.com, GammaGroup.com, NYTimes.com)
Dua Kali “Kepergok”, Biznet Bantah Mereka Gunakan FinFisher
Dugaan bahwa Telkom dan Biznet memata-matai aktivitas pelanggannya dengan menggunakan software yang disebut FinFisher (berdasarkan laporan dari Citizen Lab) dalam laporannya tertanggal 13 Maret kemarin tersebut, pihak Citizen Lab mengatakan bahwa beberapa negara yang memanfaatkan ‘jasa layanan’ FinFisher atau software mata-mata besutan dari Gamma Group adalah untuk mempermudah dalam hal memata-matai aktivitas siapa saja.
Dalam laporan Citizen Lab, ternyata ada tiga perusahaan di Indonesia yang menggunakan FinFisher, yaitu:
PT Telkom,
PT Matrixnet Global dan
Biznet ISP.
Tentu saja dengan merebaknya berita ini, banyak orang khususnya di Twitter mulai membicarakannya. Namun, ketika dikonfirmasi ulang pihak Biznet membantah menggunakan FinSpy atau FinFisher ini untuk memata-matai pelanggan mereka.
“Kita gak pasang system gitu (FinFisher). Koq FinFisher, pasang sistem seperti Nawala saja, kita juga tidak pernah,” ungkap pihak CEO Biznet Adi Kusma kepada merdeka.com (18/03/13).
Biznet juga menjelaskan bahwa mereka tidak tahu menahu soal data yang dikeluarkan oleh Citizen Lab tersebut. Untuk itu, Biznet akan meneliti lebih lanjut seputar hal ini dan melacak pengguna IP mereka tersebut.
Entah benar atau tidak apa yang mereka konfirmasikan, pada bulan Agustus 2012 lalu, Citizen Lab juga telah merilis satu daftar berisi beberapa perusahaan pengguna layanan FinFisher ini dari pelbagai negara yang salah satunya ternyata adalah Biznet ISP.
Data dari Citizenlab.org (29 Agustus 2012) finfisher-citizen-lab-data-001 

Tampak pada kedua tabel: Pada tabel diatas, data dari Citizenlab.org menunjukkan penggunaan perangkat lunak FinFisher oleh Biznet ISP sejak 29 Agustus 2012. Dan pada tabel bawah data yang juga bersumber dari Citizenlab.org pada tanggal 13 Maret 2013, penggunaan aplikasi FinFisher juga dipakai oleh Telkom, Matrixnet Global dan Biznet ISP. Ketiganya dari ISP di Indonesia.
Data dari Citizenlab.org (13 maret 2013) finfisher-citizen-lab-data-001

Menjadi suatu hal yang aneh. Di satu sisi Biznet mengatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan layanan tersebut, di sisi lain, Citizel Lab justru ‘memergoki’ sebanyak dua kali bahwa ISP satu ini dari pertengahan 2012 dan awal 2013 menggunakan FinFisher.
Setelah Biznet, Telkom juga bantah gunakan FinFisher
Setelah pihak Biznet mengatakan bahwa mereka tidak pernah memakai apa itu yang dinamakan FinFisher, kini Telkom juga membantah memakai software mata-mata tersebut.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) membantah memasang software pada server yang digunakan untuk mengawasi trafik dan konten yang diakses para penggunanya.
Melalui Direktur Utamanya Arief Yahya, Telkom menjelaskan kepada wartawan sekaligus Menteri BUMN Dahlan Iskan bahwa tudingan penggunaan FInFisher oleh Telkom tersebut tidak benar. Dalam hal ini, Dahlan Iskan ingin mengetahui duduk permasalahannya dan di depan para wartawan, dia menghubungi Arief melalui telepon.
“Tudingan yang menyebutkan bahwa Telkom memasang alat pengintai pada server sama sekali tidak benar. Kami memastikan Telkom tidak mempunyai aplikasi untuk memata-matai pelanggan,” kata Arief Yahya melalui pengeras suara ponsel Dahlan Iskan, seperti dikutip Antara (19/03/13) di Jakarta.
Arief juga mengatakan bahwa dalam artikel yang dimuat oleh Citizen Lab, University Toronto tersebut terkesan menyudutkan Telkom karena di dalamnya mencantumkan alamat internet protokol (IP) milik Telkom.
FinFisher-index_image

Arief Yahya mengakui ada artikel yang menyebutkan alamat IP Telkom, tapi untuk mengidentifikasi lebih lanjut siapa pihak yang berada di jaringan tersebut dibutuhkan izin dari Kementerian Kominfo.
Menurutnya, permintaan untuk memblokir IP yang disinyalir digunakan untuk mematai-matai pengguna tersebut harus berdasarkan izin dari Kementerian Kominfo.
“Memblokir suatu jaringan harus melalui prosedur dan izin dari Indonesia Security Incident Response Team of Internet Infrastructure (ID-SIRTII),” kata Arief.
Ia menambahkan, selagi tidak ada izin dari Menkominfo dan ID-SIRTII maka penelusuran pengguna alamat IP tersebut tidak bisa dibuka.
Pihak Biznet juga membantah bahwa mereka menggunakan software mata-mata itu di dalam servernya (18/03/13). Sampai saat ini, Biznet masih menyelidiki siapa yang menanam software tersebut.
Jika Terbukti Intai Pengguna, Telkom & Biznet Terancam 15 Tahun Penjara
Ternyata kasus soal Telkom dan Biznet yang diduga kuat oleh Citizen Lab dari Universitas Toronto, Kanada, dengan cara menggunakan software mata-mata di servernya untuk mengawasi trafik dan konten penggunanya di Indonesia ini, turut menyita perhatian Kementerian Kominfo.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S Dewa Broto menilai informasi yang telah beredar luas ini sebaiknya diverifikasi terlebih dahulu untuk membuktikan kebenarannya.
“Namun jika verifikasi tersebut benar, apa yang dilakukan oleh Telkom dan Biznet itu salah, karena melanggar Pasal 40 UU Telekomunikasi,” paparnya di Jakarta, Senin (18/3/013).
Pasal 40 UU No.36 Tahun 1999 menyatakan:
“Bahwa setiap orang dilarang melakukan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun. Bagi yang melanggar ketentuan tersebut diancam pidana penjara maksimal 15 tahun penjara.”
“Jika benar terbukti, tentu pemerintah akan mengambil tindakan tegas, karena selain melanggar UU Telekomunikasi, juga melanggar privasi seseorang tanpa alasan jelas,” ujar Gatot lebih lanjut.
Meski demikian, Kementerian Kominfo tetap mengusung asas praduga tak bersalah hingga ada pembuktian yang sahih atas kabar yang beredar ini. “Kami yakin Telkom dan Biznet tidak berani melanggar UU tersebut,” tegas Gatot coba meyakinkan.
Kabar tak sedap yang menerpa dua penyedia jasa internet besar di Indonesia itu bermula dari laporan terbaru yang dirilis oleh Citizen Lab, University Toronto dalam materi berjudul “You Only Click Twice: FinFisher’s Global Proliferation” seperti dikutip dalam situs Citizenlab.org.
Dalam laporannya ditemukan server komando dan kontrol untuk backdoors FinSpy di server kedua PJI. FinSpy merupakan bagian dari solusi pemantauan jarak jauh Gamma International FinFisher yang diduga sejauh ini telah digunakan oleh 25 negara.
Perlu diketahui, FinFisher adalah perangkat lunak yang bisa diremote untuk mengawasi aktivitas pengguna dikembangkan oleh Gamma International GmbH. Produk FinFisher dijual secara eksklusif untuk menegakkan aturan terutama terkait dengan penyadapan.
Data dari Citizenlab.org (20 Maret 2013) finfisher-citizen-lab-data-001
Walaupun dilindungi oleh hukum, tetapi dalam praktiknya, software banyak digunakan untuk memata-matai para aktivis yang beroposisi dengan pemerintah.
Baik Telkom maupun Biznet saat dikonfirmasi oleh wartawan detikINET melalui Direktur Network Telkom, Rizkan Chandra dan President Director Biznet Network, Adi Kusma telah menyampaikan bantahannya.
Menurut Rizkan, tidak ada kebijakan dari Telkom untuk memata-matai penggunanya seperti itu. Sementara Adi Kusma mengaku akan menelusuri kasus ini lebih dalam lagi. “Nanti kita cek IP siapa itu,” tandasnya.
Sekadar gambaran, FinFisher merupakan software mata-mata yang mampu meremote aktivitas pengguna internet yang ISP-nya telah disusupi.
Aplikasi FinFisher ini menangkap semua informasi dari komputer yang terinfeksi, tak hanya jejaring sosial, tapi juga seperti password, panggilan Skype bahkan mengirimkan informasi ke server perintah & kontrol FinFisher.
Big-Brother

Hal ini mirip proyek Big Brother ala elite-elite Illuminati di negara-negara maju yang sering menyalahgunakan kewenangan akses untuk menangkap pihak yang membongkar bukti, rencana dan tujuan-tujuan busuk mereka dan yang juga bertentangan dengan informasi dari mereka.
Lalu bagaimana dengan para penyedia jasa provider ISP dan para jasa operator selular di Indonesia? Jika mereka membantah tak memata-matai, lalu tabel dan bukti yang dikeluarkan oleh Citizen Lab itu apa? Sebuah lelucon April Mob?
Dengan alasan ini-itu, lalu apakah mereka juga ikut menjadi budak para elite dunia? Apakah mereka kaki tangan Big Brother? Yang jelas apapun yang anda lakukan bahkan saat membacca artikel ini melalui PC, laptop, komputer tablet dan gadget hingga ponsel di genggaman tangan anda yang biasa anda bawa kemanapun anda pergi.
Seperti dikutip dari Bloomberg 2012, Smartphone Android adalah perangkat termudah untuk dijangkiti spyware bawaan atau varian lain dari FinSpy atau FinFisher. Memang ada kemungkinan perangkat seperti iPhone atau BlackBerry juga mampu terjangkiti, namun kemungkinannya lebih kecil dibandingkan dengan Android.
Robert Maxwell, seorang teknisi IT dari tim Office of Information Technology Security, menjelaskan, “Android sangat mudah untuk dijebol oleh spyware dan malware bawaan FinFisher, karena sistem yang diberlakukan Google untuk Android adalah bebas. Jadi siapa saja dapat mengunduh dan menginstal software dari manapun sumbernya.”
big brother selular

Sebuah riset kecil yang dilakukan oleh tim CrackBerry pada bulan Agustus 2012 lalu juga sependapat dengan apa yang dikatakan Maxwell. Namun, dalam penelitian tersebut, BlackBerry mempunyai sisi sekuritas yang lebih aman dibandingkan dengan perangkat lain sejenisnya.
“Walaupun ada kemungkinan bisa, namun berdasarkan sifat dari spyware yang akan bergerak secara underground dan beroperasi tanpa sepengetahuan pemilik perangkat, hal tersebut nampaknya sulit untuk dapat dengan mudah menginjeksi BlackBerry.
Sistem sekuritas di BlackBerry telah dirancang untuk mengintegrasikan persetujuan sang pemilik dengan perangkat sebelum mengeksekusi sebuah penginstalan apapun itu, jelas pihak CrackBerry. Namun apapun jenis perangkat yang anda pakai untuk mengakses internet, mereka para “kaki tangan elite dunia” tetap dapat berkata kepadamu, “I knew who you are, and where you are, because I’m watching you, always.”
“FinFisher spyware found running on computers all over the world”. (Citizenlab)
(sources: Alvin Nouval/NVL/Dwi Andi Susanto/DAS/Merdeka.com/Achmad Rouzni Noor/detikinet/detik/techinasia.com/nytimes/citizenlab/finfisher goes mobile)
FinFisher-map-small 
WATCHING / DOWNLOAD VIDEO :
 




Sumber : indocropcircles

Sabtu, 29 Juni 2013

Penempatan 60% Tentara AS di Australia : 8 Tahun Lagi, Perang Beralih ke Asia Pasifik!

Posted by Unknown 11:08 PM , under | 1 comment

war

Persiapan Tahun 2020:
Penempatan 60% Militer AS di Australia di Fokuskan ke Asia, “Zona Perang” AS di Timur Tengah Kini Beralih ke Asia

Worst Case Scenario: Sudah Siap Perangkah Indonesia?

cia terorisme in action header

Peneliti:
AS Fokus ke Asia, Beban Indonesia Kian Berat?

sby obama

“Belum ada negara ASEAN yang punya kemampuan seperti Indonesia.!” (Professor Ann Marie Murphy, peneliti senior di Weatherhead East Asia Institute, Columbia University)


ktt-asean-di-brunei-darussalam


Langkah pemerintah Amerika Serikat mengubah fokus mereka ke Asia akan semakin membebani Indonesia sebagai negara berpengaruh di ASEAN. Indonesia dituntut memainkan peranan pendorong dan penyeimbang berbagai konflik di Asia.
Hal ini disampaikan oleh Professor Ann Marie Murphy, peneliti senior di Weatherhead East Asia Institute, Columbia University.
Menurut Murphy, Indonesia akan memiliki peran penting dalam menyokong ASEAN dari belakang.
“Amerika Serikat menganggap Indonesia adalah perekat yang menjaga persatuan Asia Tenggara. Sejak zaman Soeharto memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas regional dan menjaga kesatuan antar negara Asia,” kata Murphy pada Forum Terbuka USINDO, Jakarta, 24 Juni 2013.
Keterlibatan AS di Asia yang mendukung negara-negara sekutunya akan membuat konflik semakin panas. Penambahan pasukan AS di Asia juga membuat ketegangan meningkat.

“AS menurunkan 60 persen kekuatan Angkatan Lautnya ke Asia. Sebanyak 500 tentara AL AS akan tugas bergilir di Darwin, totalnya akan berjumlah 2.500 tentara dalam beberapa tahun ke depan,” jelas Murphy.

Dr. Ann Marie Murphy is Associate Professor at the John C. Whitehead School of Diplomacy and International Relations, Seton Hall University and adjunct research scholar at the Weatherhead East Asian Institute, Columbia University.

Dr. Ann Marie Murphy is Associate Professor at the John C. Whitehead School of Diplomacy and International Relations, Seton Hall University and adjunct research scholar at the Weatherhead East Asian Institute, Columbia University.
Adu kepentingan kemudian terjadi di tubuh ASEAN. Salah satu contohnya adalah dengan tidak tercapai komunike dalam KTT ASEAN tahun 2012 lalu.
Saat itu, Kamboja yang menjadi ketua ASEAN menolak komunike yang mendesak China menyelesaikan konflik perairan tersebut.
Seperti telah diketahui bahwa Kamboja adalah salah satu sekutu China di Asia Tenggara.
Dalam buntunya situasi ini, kata Murphy, Indonesia menunjukkan peran pentingnya.
Peran Indonesia terpenting adalah menjembatani antara kepentingan China dan ASEAN dalam konflik Laut China Selatan.
“Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa melakukan shuttle diplomacy,” jelas Murphy.
Kala itu, Natalegawa secara maraton mengunjungi negara-negara ASEAN untuk menyatukan suara.

“Berkat kerja keras Indonesia, ASEAN akhirnya satu suara dengan menelurkan beberapa poin kesepakatan soal Laut China Selatan. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia masih punya pengaruh kendati tidak menjabat ketua ASEAN,” Murphy menegaskan.

Peran inilah yang diharapkan dapat dimainkan Indonesia saat AS masuk ke Asia. Murphy mengatakan, ketua-ketua ASEAN berikutnya belum bisa menyamai kepemimpinan Indonesia, terlebih di tengah adu kepentingan negara-negara besar di Asia.



“Kepemimpinan ASEAN berikutnya, yaitu Brunei, Laos dan Myanmar, masih perlu bantuan Indonesia. Mereka belum bisa menyatukan negara-negara yang adu kepentingan di Asia, seperti India, China dan Jepang. Ini bukan tugas yang mudah bagi Indonesia,” tegas Murphy. (sumber: Denny Armandhanu / vivanews)
*

AS Tempatkan Pasukan di Australia,  Indonesia Meradang

Sebanyak 200 pasukan Amerika Serikat telah tiba di Australia sejak April 2012 lalu sebagai gelombang pertama dari 2.500 pasukan yang direncanakan sampai tahun 2017 mendatang.
Personil awal sebanyak 200 pasukan marinir AS yang telah tiba langsung berlatih bersama militer Australia. Kedatangan pasukan AS ini disambut hangat oleh Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith.

Darwin antibases protest 2011
“Penempatan pasukan AS di Australia ini merupakan evolusi dari berbagai kegiatan dan pelatihan angkatan bersenjata kedua negara dalam kerja sama militer yang sudah dibuat sebelumnya,” jelas Smith.
Hal tersebut juga ditegaskan dan didukung oleh Perdana Menteri Australia Julia Gillard dan Menteri Utama Wilayah Utara Australia Paul Henderson.
Penempatan pasukan AS ini menjadi babak baru dalam 60 tahun kerja sama pertahanan antara Australia dengan AS. Rencananya AS akan menempatkan sebanyak 2.500 prajuritnya di Australia pada 2017 nanti.
Penempatan ribuan pasukan AS di Darwin ini menunjukkan pergeseran strategi global yang sangat signifikan. Terkait dengan penempatan ribuan pasukan AS ini, Smith menyatakan bahwa kemungkinan besar  AS akan menggunakan Pulau Cocos yang terpencil sebagai pangkalan militer AS.
 

Salah satu media Amerika Serikat Washington Post melaporkan bahwa rencananya militer AS akan menempatkan pesawat tempur berawak dan tidak berawak yang dikenal dengan nama Global Hawk.

Menanggapi pernyataan dan situasi tersebut, pemerintah Indonesia bereaksi dengan mengirim nota protes kepada Pemerintah Australia dan AS dan meminta penjelasan terkait rencana pembangunan pangkalan militer AS tersebut.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Indonesia Brigadir Jenderal Hartind Asrin berpendapat bahwa sebaiknya pemerintah Australia dan AS menjelaskan apa tujuan pembangunan pangkalan tersebut untuk menghindari kesalahpahaman.
“Secara prinsip Indonesia tidak memiliki wewenang untuk ikut campur dalam rencana mereka. Namun, kami meminta mereka menjelaskan tujuan menempatkan pesawat tak berawak dekat wilayah Indonesia,” ungkap Asrin seperti dikutip Reuters, pada bulan Maret 2012.

Dalam acara menyambut kedatangan tentara AS di Australia tersebut, tiga pejabat Australia, yaitu: Perdana Menteri Australia Julia Gillard, Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith, dan Menteri Utama Wilayah Utara Australia Paul Henderson, juga menegaskan bahwa tidak akan pernah ada pangkalan militer AS di Australia.

Ternyata bukan hanya pemerintah Indonesia saja yang bereaksi, China juga merasa terganggu dengan rencana AS ini dan menilai hal ini sebagai upaya mengimbangi kekuatan dan pengaruh China di Asia-Pasifik.
China juga menuduh Australia dan AS memperkuat sekutunya dalam sengketa Laut China Selatan. Pasalnya, akhir-akhir ini China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan saling berebut wilayah di Laut China Selatan yang diyakini mengandung persediaan minyak dan gas yang melimpah. (Bft/Deb/jaringnews)
*

Pangkalan AS di Darwin, China Kecam Australia

“Masa-masa persekutuan ‘Perang Dingin’ telah lama berakhir.”
China menunjukkan kejengkelan atas meningkatnya hubungan kerja sama pertahanan antara Australia dan Amerika Serikat, terutama setelah Negeri Paman Sam itu mengirimkan kontingen pertama dari total 2.500 tentara yang akan berbasis di Darwin sejak April 2012.
Kecaman itu dialamatkan kepada Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr, ketika tengah melakukan lawatan kenegaraan untuk kali pertama ke Beijing pada awal Mei 2012 lalu.

Warga Darwin protest pangkalan militer dan menentang perang
“Saya kira saya bisa meminjam kata-kata dari salah satu pejabat yang saya temui, dan saya yakin ia adalah sang menteri luar negeri: masa-masa persekutuan ‘Perang Dingin’ telah lama berakhir,” ujar Carr, yang menggantikan Kevin Rudd, seperti dicuplik dari laman BBC.
China merupakan mitra dagang utama Australia. Sekitar seperempat volume ekspor Negeri Kangguru itu diarahkan ke China.
Hanya saja, Australia memilih merekatkan kerja sama militer dengan Amerika Serikat, hal yang dikritik pengamat militer China, Song Xiaojun. Menurutnya, Australia tidak mungkin bisa sekaligus menjaga hubungan dengan China dan Amerika Serikat.
“Cepat atau lambat, Australia harus memilih siapa yang akan menjadi ‘godfather’ baginya. Semuanya bergantung dari seberapa kuat calonnya, dan seberapa strategis lingkungannya,” kata Song dari sumber The Telegraph.

usa china australia

Tak hanya memperkuat tali kerjasama dengan Australia, Amerika Serikat pun mempererat hubungan luar negerinya dengan beberapa negara Asia Tenggara. China menganggap strategi itu sebagai upaya ‘pengepungan.’
Menurut Carr, kehadiran AS di wilayah Asia-Pasifik dapat meningkatkan kestabilan di kawasan. Namun, ia menekankan pemerintah kedua negara menginginkan terwujudnya kerja sama militer yang lebih baik di masa mendatang.
“Kerja sama pertahanan adalah sebuah misi membangun kepercayaan. Semakin kita mengerti bagaimana mitra kita menerapkan pendekatannya atas masalah pertahanan, kemungkinan muncul kesalahpahaman akan kian kecil,” ujarnya. (adi/vivanews)
*

Persiapan Militer Indonesia di Tahun 2020:

8 Tahun Lagi, Perang Beralih ke Asia Pasifik!?

“Pergeseran kekuatan militer AS ke Asia Pasifik bukanlah hal sederhana. Bisa jadi, pada 8 tahun ke depan, “perang” perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan akan beralih ke kawasan ini. Indonesia harus menyiapkan diri untuk menghadapinya.” (Connie Rahakundini Bakrie, Pengamat Pertahanan dan Militer dari Universitas Indonesia)



Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi besar bagi kawasan ini, termasuk Indonesia.
Tahun 2020 itu tidak lama. Dalam 8 tahun ke depan, Indonesia sudah terkurung oleh pangkalan-pangkalan militer AS. Apakah kita sudah sepakat sebagai bangsa untuk menyadari dan memahami persepsi ancaman yang sebenarnya sedang dihadapi?

Connie Rahakundini Bakrie
Menurut pengamat Pertahanan dan Militer dari Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie, dengan kondisi seperti ini, jelas sekali, tidak tersedia waktu banyak bagi elite kita untuk segera mereposisi arah kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia yang lebih tegas, strategis dalam menyikapi perubahan konstalasi politik di kawasan.
Connie menilai, pergeseran kekuatan militer AS ke Asia Pasifik bukanlah hal sederhana. Bisa jadi, pada 8 tahun ke depan, “perang” perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan akan beralih ke kawasan ini.
Indonesia harus menyiapkan diri untuk menghadapinya. Berikut petikannya:
Bagaimana anda melihat dinamika perkembangan militer AS saat ini?
Kebanyakan dari kita, atau bangsa AS sendiri, tidak ingin mengakui, bahwa, AS telah mendominasi dunia melalui kekuasaan militernya. Dengan alasan kerahasiaan negara, warga AS sendiri sering tidak menyadari bahwa pendudukan pasukan-pasukan AS sesungguhnya telah mengepung planet bumi ini. Kecuali kawasan Antartika.

 


Mudah dan banyak cara dalam melacak jejaknya, seperti dengan menghitung seberapa banyak jumlah koloni milter yang ada di berbagai belahan dunia.
Pada Abad-20 ini, yang dimaksud dengan koloni bisa terjelma dalam berbagai gaya, salah satunya melalui pangkalan militer yang berada di negara lain. Dengan cara ini, kita bisa ikuti koloni yang terbentuk dan menyebar ke seantero dunia dan melahirkan “kekaisaran militer” AS.
Pada perspektif dinamika politik global, kita bisa menyimak bagaimana kekaisaran militer AS semakin tumbuh menuju wujudnya tahun 2020 nanti. Saat ini tengah berproses, sejak Presiden Goerge Walker Bush menetapkannya pada 14 Januari 2004 lalu.
Bisa digambarkan seperti apa ‘Kekaisaran Militer AS’ itu?
Salah satu cara memahaminya, dengan memahami jumlah dan ukuran dari aspirasi “kekaisaran militer”  AS tersebut. Lebih dari setengah juta tentara formal plus mata-mata yang terselimuti melalui jejaring lembaga donor, teknisi, guru, serta badan usaha sudah tersebar membentuk koloni di negara-negara lain.

Air Craft Carrier USS Nimitz
Bukan hanya di darat, juga mendominasi lautan hingga samudera. Mereka membangun kekuatan Angkatan Laut yang hebat dengan mencantumkan nama-nama pahlawan mereka pada kapal induknya, seperti: Kitty Hawk, Constellation, Enterprise, John F. Kennedy, Nimitz, Dwight D. Eisenhower, Carl Vinson, Theodore Roosevelt, Abraham Lincoln, George Washington, John C. Stennis, Harry S. Truman, dan Ronald Reagan.
Selain itu, begitu banyak pangkalan rahasia dibangun dan difungsikan hanya sekedar untuk memonitor apa yang dikerjakan masyarakat dunia.
Mereka mampu memonitor apa yang isi percakapan,  surat menyurat baik lewat fax atau pun email antara satu sama lainnya, termasuk atas warga negara AS sendiri.
Di Okinawa, pulau paling selatan Jepang yang telah menjadi koloni militer AS selama 58 tahun,  terdapat 10 pangkalan korps marinir, termasuk korps marinir Futenma dan stasiun udara yang menduduki 1,186 Ha di pusat kota.
Selain itu, di Inggris terdapat senilai US$5 miliar instalasi miliiter dan mata-mata AS yang disamarkan sebagai pangkalan Royal Air Force.
Sebenarnya berapa jumlah pangkalan militer AS di luar negaranya?

Diyakini jumlah pangkalan militer AS di luar negaranya jumlahnya telah mencapai lebih dari 1,000 pangkalan di negara berbeda. Bahkan, Pentagon sekalipun mungkin tidak tahu secara pasti jumlah setiap penghuninya.

Data resmi dari Departement of Defence (DoD) pada laporan struktur tahun fiskal 2003 menyebut, Pentagon memiliki 702 pangkalan di luar negeri di 130 negara. Jumlah itu, belum termasuk 6.000 pangkalan di wilayah AS sendiri.
Pada pangkalannya di luar negeri, jumlah tentara AS yang tak berseragam mencapai 253,288 personel. Mereka  juga mempekerjakan 44,446 orang lainnya sebagai staff tambahan lokal yang disewa.
Pentagon mengklaim, pangkalannya mencakup 44,870 barracks, hangars, rumah sakit, dan bangunan lain yang dibeli atau disewa sebanyak lebih dari 4,844 bangunan.
Lantas bagaimana?
Gambaran itu membawa kita pada kesadaran bahwa sebenarnya hanya sedikit sekali ruang yang ditinggalkan di planet bumi ini yang tidak terisi oleh kekuatan militer AS. Dan ruang kosong itu, adalah kawasan kita, wilayah Indonesia terus menuju arah bawah melalui Samudera Hindia ke arah Antartika.
Bagaimana anda melihat kaitan kondisi ini dengan reformasi TNI?
Sejak reformasi 1998, pembangunan profesionalisme TNI masih menemui banyak hambatan. Tekad kuat TNI untuk menjadi militer profesional yang berfungsi sebagai alat pertahanan negara, tidak serta-merta bisa diwujudkan.

 


Memprofesionalkan militer, bagaimana pun juga menimbulkan konsekuensi yang harus dipenuhi oleh kedua pihak, yakni sipil dan militer itu sendiri.
Militer perlu dukungan sipil atas persoalan alokasi “anggaran” dalam rangka mengatasi berbagai ancaman yang timbul.
Yang perlu kita ingat, kabinet pemerintahan bisa saja silih berganti, tetapi road map pertahanan jangka panjang adalah sesuatu yang harus diisi dengan komitmen tinggi seluruh elemen bangsa untuk memenuhinya.
Apakah penyebab hambatan pembangunan profesionalisme TNI?
Bila kita realistis dan berpikir kritis, sampai hari ini, ketidaksepakatan di kalangan pemimpin sipil mengenai beberapa konsep kebijakan pertahanan keamanan negara menjadi penyebab inkonsistensi dan terhambatnya muncul regulasi yang diperlukan.
Persoalan bertambah kompleks, ketika munculnya wacana bahwa demokrasi dan militer adalah 2 hal yang tak dapat disatukan.

Disadari atau tidak, jika virus berpikir bahwa demokrasi dan militer adalah 2 hal yang tak dapat disatukan, dan sengaja disebarkan secara sistematis. Akhirnya akan membuat sipil semakin tidak memahami fungsi militer untuk kepentingan eksistensi negara.

Seolah-olah, militer tidak dibutuhkan lagi dalam negara berdemokrasi. Padahal, pembangunan demokrasi sebuah negara sangat butuh “pengawal”. Peran militer dalam menjaga demokratisasi di sebuah negara yang berdaulat, sangat penting.
Pandangan anda soal pertentangan militer dan demokrasi itu?
Militer dan demokrasi bukanlah sesuatu yang bertentangan. Lihat saja AS. Sebagai negara yang mengklaim paling berdemokrasi di muka bumi, faktanya memiliki militer yang paling kuat di dunia.
Bukan hanya di dalam negeri, tapi tumbuh berkembang, bak kecambah di musim hujan menjadi koloni-koloni di berbagai belahan bumi. Militer hadir sebagai komponen inti untuk menjaga kedaulatan negara.

Tak terbayangkan apa yang akan terjadi di masa datang jika Indonesia tidak segera memperkuat TNI untuk menghadapi “perang” perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan.

Ingat, Indonesia adalah jantung maritim Asia dan bisa menghindar dari dampak langsung dan tidak langsung serta harus dihadapi.
Mengapa militer AS bisa begitu mendominasi dunia?
Karena instalasi pangkalan militernya di luar negeri membawa keuntungan tak terkirakan untuk kemajuan industri usaha dan ekonomi sipil mereka. Mulai dari desain pembuatan senjata untuk angkatan bersenjata, pakaian untuk tentara berseragam dan pasukan tidak berseragam yang tercatat ada 253,288 personil berikut keluarganya yang belum termasuk didalamnya, stok makanan dan bisnis fasilitas liburan bagi tentara.

war is profit
WAR IS PROFIT

Hampir sebagian besar sektor ekonomi AS sebenarnya mengandalkan militer untuk target penjualannya.
Satu contoh kecil, misalnya terhadap pangkalan militer AS di Irak. Untuk pangkalan itu, DoD harus memesan extra ration of cruise missiles dan depleted-uranium armor-piercing tank shells.
Selain itu, DoD juga mengakuisisi sebanyak 273,000 botol sunblock yang dianggap sama pentingnya seperti rudal bagi para tentaranya disana.
Belum lagi DoD harus menyediakan biaya binatu, dapur, surat menyurat dan pengiriman barang, serta cleaning services yang telah dikontrak militer dari perusahaan swasta, juga menjadi bagian dari kegiatan membangun dan mengembangkan sektor ekonomi AS.
Diketahui, sepertiga dari dana US$ 30 miliar tambahan yang dianggarkan untuk perang Irak, habis untuk service layananan bagi kenyamanan tentara AS.
Dengan begitu, keberadaan mereka di front-front perang tampak sama seperti kehidupan di rumah ala Hollywood. Selain itu pengamanan juga dilakukan melalui sub-kontrak pada private military companies seperti Brown & Root, DynCorp, dan the Vinnell Corporation.
Artinya, AS memberikan tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi prajurit militernya?
The Washington Post pernah mengkritisi kondisi yang terjadi di Fallujah, bagian barat Baghdad. Bagaimana pelayan-pelayan berkemeja putih bercelana hitam dan berdasi kupu-kupu bertugas setiap malamnya melayani makan malam untuk petugas dari 82nd Airborne Division.

 


Beberapa dari pangkalan ini, karena sangat luasnya, membutuhkan 9 trayek bus internal untuk tentara dan kontraktor sipil di dalam area berkawat tersebut.
Pangkalan Anaconda, kantor pusat divisi brigade ke-3 dan infanteri ke-4 yang bertugas menjadi ‘polisi’ sepanjang 1.500 mil persegi di wilayah Irak, ke Utara Bagdad, hingga Samarra, menempati area besar seluas 25 kilometer persegi dan penyediaan perumahan untuk sebanyak 20.000 pasukan.
Untuk keperluan spritual, misionaris bagi militer AS, mereka dilayani perusahaan penerbangan sendiri. Tentara AS juga dilayani perusahaan penerbangan dengan armada untuk penerbangan jarak jauh sehingga mampu menyambungkan langsung post dari Greenland hingga Australia.
Bagaimana dengan kita?
Wah, anda bisa bayangkan sendiri. Betapa jauhnya dengan cara kita memperlakukan personil militer. Untuk melaksanakan tugas negara  pun kadang harus berutang hanya sekadar untuk membeli obat nyamuk di warung setempat.
Atau harus terdampar di pulau terluar menjaga perbatasan dengan segala fasilitas yang sangat terbatas dan minim.
Asia Pasifik jadi target ekspansi AS selanjutnya, bagaimana anda melihatnya?

Perkembangan terkini kekaisaran militer AS, bisa disimak  dari pernyataan Menteri Pertahanan, Panetta yang menyatakan bahwa 60 persen kekuatan militer AS akan pindah ke kawasan Asia Pasifik mulai 2012 hingga 2020.

Reposisi pangkalan tersebut ada dibawah kendali dan tanggung jawab Andy Hoehn, Wakil Menhan AS untuk bidang strategi.
Hoen dan dan rekan-rekannya mengatur tahapan implementasi akan apa yang disebut Goerge Bush dulu sebagai strategi perang pencegahan terhadap “persatuan negara-negara merah dan orang-orang jahat”.

Negara-negara “persatuan orang-orang jahat” ini oleh AS telah diidentifikasikan sebagai “busur ketidakstabilan” yang tersebar dari mulai daerah Andes di Colombia terus ke arah Afrika Utara dan kemudian menyapu negeri negeri seberang Timur Tengah, hingga termasuk Filipina dan Indonesia.

Jadi, perang terhadap terorisme adalah sebagian kecil dari alasan untuk semua strategisasi militer AS di belahan dunia. Yang sebenarnya adalah untuk membangun cincin baru dari Pangkalan militer sepanjang khatulistiwa guna memperluas kekaisaran militer AS dalam mendominasi dunia.
Kebijakan pertahanan yang seperti apa, bagi Indonesia menyikapi kondisi ini?
Arah kebijakan pertahanan negara Indonesia saat ini telah berubah dari threat based planing ke capabilities based planning. Itu sudah ditetapkan. Soalnya kemudian, apakah kita sudah sepakat sebagai bangsa untuk memahami persepsi ancaman yang sebenarnya sedang dihadapi dalam waktu dekat, sebagai dampak tersebarnya 60 persen kekuatan militer AS ke kawasan ini.

Persis sama seperti saat Irak akan digempur melalui persiapan Operation of Enduring Freedom, dimana saat ini Indonesia sama juga “sudah terkurung” seperti Irak, oleh  pangkalan-pangkalan AS sejak titik di Diego Garcia, Christmas Island, Cocos Island, Darwin, Guam, Philippina, terus berputar hingga ke Malaysia, Singapore, Vietnam hingga kepulauan Andaman dan Nicobar beserta sejumlah tempat lainnya.

Dengan kondisi ini, jelas sekali, tidak tersedia waktu banyak bagi elite Indonesia untuk segera mereposisi arah kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia yang lebih tegas, strategis dalam menyikapi perubahan konstalasi politik di kawasan.
Indonesia juga harus memperkuat TNI sebagai aktor pertahanan yang tugas utamanya adalah untuk melindungi segenap wilayah kedaulatan termasuk kekayaan dan kesejahteraan penduduknya.
PENEMPATAN PANGKALAN MILITER DAN PASUKAN AS SERTA SEKUTUNYA
Apa yang paling mendesak untuk dilakukan?
Persoalan yang paling mendesak dan menjadi kewajiban sipil adalah perumusan dan penyusunan landasan serta kerangka hukum yang mengatur peran dan posisi TNI dalam konteks tugasnya sebagai garda terdepan bangsa untuk menjalankan misi pertahanannya.
Kondisi hari ini, TNI terbentuk menjadi tentara yang ditekankan hanya pada kemampuan stabilisasi dan rekonstruksi, tetapi tidak sebagai tentara profesional yang memiliki kemampuan outward looking defences seperti bagaimana seharusnya.
Keberhasilan pembangunan landasan hukum ini, sebenarnya sangat terkait dengan visi politik dan visi transformasi militer untuk membangun kekuatan berdasarkan threat dan capabilities yang seharusnya dimiliki oleh kalangan sipil penentu kebijakan pertahanan.

Konstalasi politik keamanan kawasan telah berubah signifikan dan ancaman telah muncul mengikuti trend geopolitik yang berjalan. Kebijakan luar negeri Indonesia harus di re-shaping dalam cita-cita kita membangun keseimbangan regional yang merupakan tugas terbesar kita.

Semakin cepat terjawab, semakin baik.  Sehingga kita tahu TNI seperti apa yang harus dipersiapkan untuk mengantisipasinya.
whos next
Pendapat anda, apa yang paling penting dalam membangun profesionalitas TNI?
Hal yang terpenting bukan semata persoalan mana Alutsista yang perlu diganti dan mana yang masih layak pakai. Lebih dari itu, dalam membangun TNI yang profesional dan berwibawa di mata internasional, diperlukan sebuah grand strategy and design atas postur TNI. Postur TNI yang ideal untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang segera akan terbentang di kawasan ini dalam 8 tahun mendatang.

Meski dengan kemampuan Indonesia saat ini, komposisi ideal sulit diwujudkan dalam kenyataan. Namun tanpa standar ideal, kita tidak akan pernah tahu kemana tujuan negara ini 100 atau 200 tahun yang akan datang. Bagaimana TNI yang kita cintai harus dibangun untuk itu.

Bagaimanapun juga, standar ideal sangat dibutuhkan sebagai panduan dalam mencapai cita-cita pembangunan akan postur TNI yang kuat, berwibawa, mumpuni dan profesional dalam menghadapi ancaman-ancaman atas kedaulatan kita sebagai bangsa yang kaya dan besar. (berbagai sumber)
you go to the war we will stay here

Sumber : indocropcircles

Tags

Translate

Ipaluni Atevet Bulldozer Headline Animator

Jam

Total Tayangan Halaman

Sitemap